Senin, 15 Juni 2009 di 18.24 |  
di garis depan ayahku berdiri
kekar sebagai seorang kesatria
sabarnya kilauan intan
sungguh bangga
betapa rasa sayang itu tulus terasa

di hempas segala duri dan dugaan
di bimbing nya aku dalam arti keikhlasan
ini hidup anak ku
penuh dengan perjuangan


kata itu terngiang terpatri dalam

kini
anak mu sendiri
jauh di relung penyesalan
tak ada lagi kawan tak ada saudara

berharap tentang mukjizat
kesepian itu membawa ku terbawa arus

kau lepas aku saat genggaman ku tak terlaluh kuat
tongkat ku patah biduk ku hanyut

basah sudah ayah
peluh ku karena nafsu
hidup ku dalam dosa

rindu ayah sungguh rindu
putra mu memandang tulisan
sedikit mata ku terngiang
di rantau dalam sepi


kadang dekat namun terasa jauh itu sungguh

tak pernah di tanya kabar
entah itu di biar atau di umbar

ayah aku ini
rapuh

aku beda dari anak anak mu
ayah aku ini titisan ibu
diam ku memendam lara

sudah ku jejak dewasa ku
cerita ku berliku tanpa sepengetahuan mu

tak pernah tersenyum dengan tulus ayah
tak pernah aku terlelap dalam tidurku

seperti saat ini ayah
saat aku didera takut yang sungguh luar biasa

andai ayah tau

rindu ayah
semua berjalan maju melaju bersama masa

di dera lagi, di permainkan lagi , di biarkan lagi

tak kudapat ilmu yang ada hanya tangis ku dalam
angan ku yang tak pernah ada arti
saat aku mengarti kan
makna seorang ayah
Diposting oleh cint4arlinza

0 komentar:

Visit the Site