di gugus barisan bintang
dengan takdir bernamakan lelaki
bercinta mengukir hati niat dengan kesetiaan
adakalanya menepikan diri sesaat menjadi hamba
melingkar dzikir di genggam dengan sepenuh hati
langitku semakin gelap
semakin jauh menghilang dari putih
lelaki
belum juga ku temukan makna
pudar sudah runtuh kini
pondasi warna yang dulu pernah
dan harusnya di perindah sampai sekarang
kenapa semua di jalani
kalau sudah ada kepatuhan
dzikir ku melemah seiring diam nya nadi
tubuh ku melata
lengket dengan hitam
mataku kosong batin ku hampa
sendiri sudah di tepian bahasa
mengutip makna mengartikan sendiri
mencoba canda tawa nya tak pernah tampak kan gigi
kerutan kening berkerut dengan dosa
berbaju sutera yang tercompang camping dengan debu
apa indah nya coba kalau sudah begini
lelaki yang dulu dan sekarang itu beda tapi tetap sama
paras dan senyum nya
kemana pergi nya lelaki itu
lelaki yang senyumnya sama dengan bayanganku
kan ku cari lagi itu
makna lelaki yang hakikat nya ialah
aku
dengan takdir bernamakan lelaki
bercinta mengukir hati niat dengan kesetiaan
adakalanya menepikan diri sesaat menjadi hamba
melingkar dzikir di genggam dengan sepenuh hati
langitku semakin gelap
semakin jauh menghilang dari putih
lelaki
belum juga ku temukan makna
pudar sudah runtuh kini
pondasi warna yang dulu pernah
dan harusnya di perindah sampai sekarang
kenapa semua di jalani
kalau sudah ada kepatuhan
dzikir ku melemah seiring diam nya nadi
tubuh ku melata
lengket dengan hitam
mataku kosong batin ku hampa
sendiri sudah di tepian bahasa
mengutip makna mengartikan sendiri
mencoba canda tawa nya tak pernah tampak kan gigi
kerutan kening berkerut dengan dosa
berbaju sutera yang tercompang camping dengan debu
apa indah nya coba kalau sudah begini
lelaki yang dulu dan sekarang itu beda tapi tetap sama
paras dan senyum nya
kemana pergi nya lelaki itu
lelaki yang senyumnya sama dengan bayanganku
kan ku cari lagi itu
makna lelaki yang hakikat nya ialah
aku
Diposting oleh
cint4arlinza
0 komentar:
Posting Komentar